Penetrasi IPv6 Capai 16 Persen di Indonesia Tahun Ini

Jakarta – Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI) menilai penetrasi IPv6 mencapai sekitar sebesar 16% di Indonesia pada 2024. Angka ini naik sebesar 6% dibandingkan 2022.

Lankah ini guna mendukung ekosistem IoT di Tanah Air yang mencapai satu miliar lebih perangkat.

“Kita masih berada di tahap awal,” kata Ketua Umum ASIOTI, Teguh Prasetya di sela-sela acara IPv6 Net Enhanced net 5,5G Conference 2024 di Jakarta.

Indonesia sedang mempercepat transformasi digitalnya melalui adopsi teknologi jaringan terbaru, IPv6 Enhanced Net5.5G. Teknologi ini merupakan protokol jaringan yang menghubungkan dan mengidentifikasi perangkat di internet.

IPv6, sebagai versi terbaru dari Internet Protocol (IP) menggantikan IPv4 dengan sejumlah keunggulan seperti jumlah alamat IP yang jauh lebih besar, manajemen dan delegasi alamat yang lebih mudah dan efisien, serta kemampuan konfigurasi otomatis.

Pasar global untuk IPv6 diperkirakan akan mencapai dari 34,3 miliar unit pada 2023 menjadi 127,6 miliar unit pada 2030, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 20,6%.

Teguh Prasetya mengemukakan adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G untuk memastikan keamanan platform dan aplikasi, terutama seiring peluncuran 5G.

“Ini bukan hanya tentang meningkatkan kapabilitas, tetapi juga mendukung latensi rendah yang krusial untuk teknologi canggih seperti IoT dan kota pintar,” ujarnya.

Kementerian Komunikasi dan Digital, Bappenas, Lemhannas, Kementerian Pertanian, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), APAC IPv6 Council, NIDA (Network Innovation and Development Alliance), WBBA (World Broadband Association), Telkom, dan XL Axiata meluncurkan Inisiatif Rencana Aksi Net5.5G Indonesia.

Inisiatif ini mengajak seluruh pelaku industri untuk mempercepat penerapan komersial Net5.5G di Indonesia dan mempromosikan pengembangan teknologi ini

Inisiatif rencana aksi Net5.5G Indonesia memuat empat poin utama:
Mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasi R&D dan mempromosikan terobosan dan inovasi dalam teknologi IPv6 dan Net5.5G.

Mempromosikan pembangunan infrastruktur Net5.5G untuk meningkatkan jangkauan dan kinerja jaringan.

Memperkuat pembinaan talenta jaringan masa depan dan membina talenta yang memahami teknologi TIK dan manajemen.

Mempromosikan konvergensi industri, mempromosikan integrasi mendalam Net5.5G dengan manufaktur, pertanian, dan mempercepat aplikasi inovatif.

Teguh Prasetya meneruskan IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya menciptakan nilai ekonomi, tetapi juga membuka peluang untuk memperluas industri lokal dan lapangan kerja.

Peningkatan literasi dan kolaborasi di antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk produsen perangkat, operator jaringan, pengembang aplikasi, dan penyedia konten.

Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Digital (Ditjen PPI Kemkomdigi), Aju Widya Sari, mengemukakan Global IPv6 Development Report 2022, Roland Berger menyebutkan adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G diperkirakan menyumbang hingga US$7,9 triliun bagi ekonomi global pada 2026.

Indonesia sedang mempercepat langkah menuju transformasi digital dengan mengadopsi IPv6 Enhanced Net5.5G sebagai fondasi infrastruktur digital masa depan.

“IPv6 Enhanced Net5.5G tidak hanya memenuhi kebutuhan teknis, tetapi juga memberikan manfaat besar dalam tata kelola, keamanan, dan efisiensi di era ekonomi digital,” ujarnya.

Adopsi IPv6 Enhanced Net5.5G menjadi kunci dalam menciptakan tata kelola digital yang lebih aman, efektif, dan efisien. Dengan kapasitas alamat yang lebih besar, keamanan yang ditingkatkan, dan keandalan jaringan yang lebih tinggi, IPv6 menawarkan solusi teknis untuk mendukung implementasi teknologi masa depan seperti 5G, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan Cloud Computing.

Meskipun tingkat adopsi IPv6 di Indonesia telah mencapai 15,3% pada 2024, dengan total 22.592.465 perangkat yang terhubung. Namun, angka ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.

Malaysia, Vietnam, dan Thailand mencatat tingkat adopsi masing-masing 72,08%, 62,94%, dan 49,86%. Sementara itu, rata-rata adopsi IPv6 di kawasan Asia Tenggara mencapai 31,62%, dengan rata-rata global sebesar 39,59%.

IPv6 Enhanced Net5.5G adalah kunci untuk mendukung integrasi teknologi masa depan dan menciptakan manfaat ekonomi yang besar, khususnya melalui transformasi digital.

Untuk bersaing secara global, Indonesia perlu mempercepat adopsi IPv6 dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri teknologi, dan masyarakat.

“IPv6 Enhanced Net5.5G bukan hanya sebuah kebutuhan teknis, tetapi juga peluang strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam peta digital dunia. Dengan upaya kolektif, Indonesia dapat mengakselerasi transformasi digital dan mewujudkan potensi penuh teknologi masa depan,” ucapnya.

Yan Jinzi dari Huawei Indonesia mengatakan Net5.5G sebagai langkah transformasi dalam membangun infrastruktur jaringan yang lebih tangguh dan terukur.

Net5.5G mengintegrasikan inovasi seperti akses jaringan kampus 10Gbps berbasis Wi-Fi 7, AI Data Center Network, 400GE SRv6 and Slicing Transport Network, dan network slicing untuk menyediakan bandwidth yang lebih besar dan latensi yang sangat rendah.

“Net5.5G adalah kerangka kerja ideal untuk mendorong inovasi teknologi seperti AI, IoT, kota pintar, dan layanan digital canggih,” tuturnya. (adm)

Sumber: detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *