Posted in

80 Persen Lebih Korporat Uji Solusi Berbasis Blockchain, Pondasi Ekosisten Digital Masa Depan

Jakarta – Laporan Deloitte Global Blockchain Survey 2024 menyebutkan sebanyak 83% lebih perusahaan besar di dunia menyatakan sedang menguji atau sudah mengimplementasikan solusi berbasis blockchain di luar ranah keuangan digital.

“Ini membuktikan bahwa blockchain bukan sekadar alat transaksi aset kripto, melainkan juga pondasi baru bagi ekosistem digital masa depan,” tulis Digivestasi.

Blockchain adalah database terdistribusi yang mencatat transaksi secara aman, transparan, dan tidak bisa diubah seenaknya. Jadi, ini seperti buku catatan yang bisa dilihat semua orang, tapi tidak bisa mengedit halaman yang sudah ditulis.

Blockchain terdiri dari blok-blok data yang terhubung satu sama lain secara kriptografi yang setiap blok memiliki tautan ke waktu dan blok sebelumnya.

Jadi, ini membentuk chain atau rantai yang dinamakan blokchain dengan sifat terdesentralisasi dan tidak terdapat pihak yang mengontrol semuanya.

Sementara itu sektor kesehatan mulai menggunakan blockchain untuk mengelola data Electronic Health Records/HER (rekam medis elektronik) secara aman dan terdesentralisasi.

Penerapan blockchain memastikan data pasien tidak dapat dimanipulasi serta hanya dapat diakses oleh pihak berwenang.

Blockchain juga bisa membagikan data kesehatan antar rumah sakit, klinik, dan penyedia layanan lainnya secara mudah. Selama ini sistem tradisional melakukan data pasien tersimpan di tempat berbeda dan sulit diakses ketika dibutuhkan pengguna.

Dengan blockchain, semua data pasien dapat diakses secara lebih mudah oleh pihak-pihak yang diberi izin oleh pasien, seperti dokter, apotek, atau perusahaan asuransi.

Indonesia sudah mulai mengadopsi blockchain untuk mendukung digitalisasi layanan kesehatan seperti platform SATUSEHAT oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Platform ini bertujuan mengintegrasikan data kesehatan individu dari berbagai fasilitas kesehatan membuat standar yang sama untuk semua rekam medis. Jadi, data ini dapat diakses oleh pihak-pihak yang memerlukan.

Jika seorang pasien berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, maka dokter di fasilitas baru dapat mengakses riwayat kesehatan pasien tersebut melalui sistem yang terintegrasi. Jadi, pengguna dapat menghemat waktu dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan.

Penerapan blockchain di sektor kesehatan menghadapi sejumlah tantangan seperti kebutuhan infrastruktur teknologi, biaya implementasi besar, dan kekurangan tenaga ahli yang memahami teknologi ini.

Regulasi dan kebijakan yang mengatur penggunaan blockchain dalam sistem kesehatan juga perlu diperjelas pemerintah. Selanjutnya, kerja sama antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan sektor teknologi menjadi kunci utama untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. (adm)

Sumber: detik.com